bahasforex.com – Obligasi menjadi salah satu instrumen yang banyak dilirik oleh para investor karena selain aman, investasi ini menjanjikan beragam keuntungan. Namun sebagai investasi tentu anda harus memahami risiko investasi obligasi yang harus anda ketahui.
Alasan mengapa Obligasi menjadi salah satu pilihan menarik dalam berinvestasi adalah karena investasi ini menawarkan beragam keuntungan untuk investornya, mulai dari bunga tetap yang besarnya menggiurkan hingga keamanan dana yang lebih terjamin dibandingkan instrument investasi lain. Akan tetapi sebagai instrumen investasi, obligasi juga memiliki risiko yang wajib anda pertimbangkan sebelum memutuskan berinvestasi obligasi.
Namun sebelum kita membahas risiko dari obligasi, sebaiknya anda terlebih dahulu memahami apa itu obligasi.
Obligasi umumnya diartikan sebagai surat pengakuan utang atau surat utang, dimana Obligasi diterbitkan oleh pihak berhutang kepada pihak yang berpiutang. Penerbitan obligasi disertai perjanjian untuk membayar kembali pokok utang beserta kupon bunganya pada waktu yang ditentukan. Baca juga Perbedaan Investasi Dan Trading, Berikut Penjelasannya
Penerbit obligasi bisa disebut debitur dan pembeli obligasi adalah kreditur atau investor. Pembayaran yang harus dilunasi tersebut yakni utang pokok ditambah dengan bunga atau yang biasa disebut kupon.
Jadi kesimpulannya obligasi adalah surat utang yang bisa dibeli dan pembeli akan mendapat keuntungan berupa bunga.
Namun seperti yang kami sebutkan diatas, bahwa investasi merupakan dua sisi mata uang dimana ada profit dan risiko termasuk obligasi. Maka dari itu, and apelru mengetahui ada empat risiko obligasi yang wajib anda ketahui sebelum mulai menanamkan dana anda dalam produk investasi ini yang dapat anda simak sebagai berikut.
Risiko Investasi Obligasi
Risiko Likuiditas
Berbeda dengan produk investasi seperti saham dan reksa dana, obligasi tidak likuid. Apa maksudnya? Apabila Anda sudah memutuskan untuk menanamkan dana dalam suatu obligasi, maka Anda tidak akan mudah untuk menjualnya kembali kepada pihak lain. Inilah risiko obligasi paling besar.
Pada dasarnya, obligasi ditujukan bagi investasi jangka panjang dan tidak untuk dipindahtangankan sebelum jatuh tempo. Saat ini, sudah ada obligasi ritel pemerintah yang dianggap relatif likuid karena ada Market Maker yang bertindak sebagai pembeli siaga-nya, jika Anda ingin mencairkan lebih awal. Begitupun, Anda tidak akan bisa membeli obligasi yang sama lagi setelahnya, karena tidak akan tersedia untuk diperdagangkan di pasar sekunder. Artinya, Anda tetap tak bisa klik jual atau klik beli obligasi kapan saja. Baca juga Rekomendasi Broker Trading Emas Dalam Negeri(Lokal)
Risiko Gagal Bayar
Kasus gagal bayar ini bisa diibaratkan ketika anda meminjam uang teman anda dan ternyata tidak pernah kembalikan. Sama halnya dengan investasi, dimana kasus gagal bayar bisa saja terjadi walaupun pihak-pihak yang terlibat telah melaksanakan berbagai tindakan pencegahan.
Risiko obligasi ini terutama berlaku pada obligasi korporasi, sedangkan obligasi pemerintah dianggap memiliki status yang “nyaris tidak mungkin” gagal bayar. Namun walaupun demikian, apabila Anda melihat sejarah dunia masa lalu, maka anda akan menemukan banyak kasus gagal bayar obligasi pemerintah yang disertai dengan terjadinya krisis dan resesi. Seperti contohnya adalah Venezuela (2017), Argentina (2014), dan Zimbabwe (2006).
Risiko Maturitas
Obligasi sejatinya tidak dibuat untuk dipindahtangankan sebelum jatuh tempo. Untuk itu, setiap calon investor sebaiknya mencermati ketentuan produk obligasi sebagai berikut.
Tanggal maturitas atau maturity date yakni tanggal jatuh tempo yang tercantum dalam prospektus obligasi. Tanggal maturitas bisa mulai dari 1 tahun ke depan hingga berpuluh tahun yang akan datang.
Pencairan awal atau early redemption , yakni tanggal ketika Anda sudah diperbolehkan melepas obligasi untuk diambil alih oleh pembeli siaga. Selain waktu, ketentuan pencairan awal biasanya juga disertai berapa nominal yang dapat dicairkan lebih awal; bisa keseluruhan, hanya sebagian, atau lainnya.
Perdagangan di pasar sekunder, yakni apakah obligasi ini boleh diperjualbelikan di bursa efek setelah masa penawaran berlalu. Apabila tidak diperbolehkan, maka anda tidak bisa membelinya di luar masa penawaran obligasi. Apabila anda sudah memilikinya, anda juga hanya punya dua kesempatan untuk mencairkannya, yaitu saat early redemption dan saat jatuh tempo. Namun, apabila perdagangan pasar sekunder diperbolehkan, maka Anda tak perlu mencemaskan berbagai kompleksitas tadi.
Risiko Suku Bunga
Harga obligasi atau bond price berhubungan terbalik dengan bunga obligasi bond yield, dimana semakin tinggi bunga, maka makin rendah harganya. Sedangkan semakin rendah bunga, maka makin tinggi harganya. Alasannya karena bunga obligasi merupakan representasi risiko obligasi itu sendiri.
Sebagai contoh, bunga obligasi negara-negara berkembang tentu lebih besar dibandingkan bunga obligasi negara-negara maju. Bahkan, bunga obligasi negara-negara yang diambang resesi justru bisa makin tinggi. Padahal, investor tentu enggan membeli obligasi semacam itu, sehingga permintaan demand berkurang dan menekan harga.
Sedangkan bagi anda calon investor obligasi pemerintah, risiko obligasi terkait bunga ini dapat diproyeksikan dengan memantau arah perubahan suku bunga acuan bank sentral serta kondisi ekonomi suatu negara. Dan untuk untuk calon investor obligasi korporasi, pemahaman ini hendaknya dimanfaatkan sebagai bahan pertimbangan saat mendapatkan penawaran dengan bunga kupon yang terhitung fantastis.
Sekian informasi mengenai risiko investasi obligasi yang harus anda ketahui. Tentu tidak ada risiko yang tidak dapat diatasi, yang terpenting adalah bagaimana anda memiliki managemen investasi yang baik dan sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan anda.